ISTHIGOTSAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pola hidup era sekarang yang berkecenderungan hedonis (glamour)
dan materialistik (ukurannya materi/uang), lebih banyak menimbulkan dampak
negatif bagi kehidupan manusia, bahkan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan
yang ada pada manusia tersebut.
Dampaknya sangat terasa, manusia cenderung terisolasi, mengalami
keterasingan diri, jiwa a-sosial dan abai terhadap sesama. Istigosah hadir
sebagai cara atau media meminimalisir hal tersebut. Sebagai kegiatan yang
cenderung banyak mengandung dimensi ibadah (didalamnya ada unsur bermunajat
kepada Allah), lebih dari itu istigosah juga banyak dimensi sosial di dalamnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan panjang lebar tentang istighotsah dan
perannanya dalam kehidupan manusia yang mendamba kedamaian.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari Istighotsah
itu?
2.
Apa hakekat Istighotsah
itu?
3.
Ada berapa macam dan
hukum Istighotsah itu?
4.
Bagaimana do’a yang
dibaca dalam Istighotsah itu?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui apa Istighotsah itu
2. Mengetahui macam-macam Istighotsah
3. Mngetahui hukum melakukan Istighotsah
4. Mengetahui dan mengamalkan do’a dalam Istighotsah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istighotsah
Kata “istighotsah” استغاثة berasal dari “al-ghouts” الغوث yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang
mengikuti pola (wazan) "istaf’ala" استفعل atau "istif'al" menunjukkan arti pemintaan atau
pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata
ghufron (غفران) yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif'al menjadi
istighfar (استغفار) yang berarti memohon ampunan.
Jadi istighotsah
berarti "thalabul ghouts" طلب الغوث atau meminta pertolongan. Para ulama membedakan antara
istghotsah dengan "istianah" استعانة, meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih
sama. Karena isti'anah juga pola istif'al dari kata "al-aun" العون yang berarti "thalabul aun" طلب العون yang juga berarti meminta pertolongan.
Istighotsah adalah
meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti'anah
maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum.
Baik Istighotsah maupun Isti'anah
terdapat di dalam nushushusy syari'ah atau teks-teks Al-Qur'an atau hadits
Nabi Muhammad SAW. Dalam surat Al-Anfal ayat 9 disebutkan:
"(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu." (QS
Al-Anfal:9)
Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad
SAW memohon bantuan dari Allah SWT, beliau berada di tengah berkecamuknya
perang badar dimana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan
Islam. Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi dengan memberi bantuan
pasukan tambahan berupa seribu pasukan Malaikat.[1]
Adapun istighostah menurut
ahli nahwu yaitu :
“نداء يخلص من شدة أ و يعين على دفع بلية"
yaitu : menyeru orang yang dapat melenyapkan kesulitan dan menolong oarang
untuk menghilangkan mara bahaya.
Berkata Syeihkul Islam Ibnu Taimiah :
" Istigshostah adalah meminta
pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau bencana."
Seperti istinshor { meminta pertolongan}untuk di menangkan,
dan kata isti'anah ( yang berma'na tholubul 'Auni ( meminta
pertolongan ).[2]
Kesimpulannya Istighotsah
sebenarnkya sama dengan berdoa akan tetapi bila disebutkan kata
istighotsah konotasinya lebih dari sekedar berdoa, karena yang dimohon dalam
istighotsah adalah bukan hal yang biasa biasa saja. Oleh karena itu, istighotsah sering
dilakukan secara kolektif dan biasanya dimulai dengan wirid-wirid tertentu,
terutama istighfar, sehingga Allah SWT berkenan mengabulkan
permohonan itu.
B.
Hakekat
Istighotsah
Para ulama' seperti
al-imam al-hafizh taqiyyudin al-subki menegaskan bahwa istighatsah, tawassul,
istisyfa', isti'anah tajawwuh dan tawajuh memiliki makna dan hakekat yang sama.
Mereka mendifinisikan istighatsah dan istilah-istilh lain yang sama dengan
definisi sebagai berikut:
طَلَبُ حُصُو لِ مَنفَعَةٍ
اَوِاندِ فَا عِ مَضَرّ ةٍ مِن لله بِذِكرِ اسمِ نَبِي اَو وَلِي اِكرَامًا لِلمُتَوَ
سّلِ به
(الحا فظ العبد ري، الشر ح القويم، ص )
"Memohon
datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah
dengan meyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.
(Al-Hafizh al-'Abdari, al-Syarh al-Qawim, hal. 378)."
Sebagian kalangan memiliki
persepsi bahwa istigatsah adalah memohon kepada seorang nabi atau wali untuk
mendatangkan manfaat dan menjauhkan bahaya dengan keyakinan bahwa nabi atau
wali itulah yang mendatangkan manfaat dan menjauhkan bahaya secara hakiki. Persepsi
yang keliru tentang istighatsah ini kemudian membuat mereka menuduh orang yang
beristighatsah kafir dan musyrik. Padahal hakekat istighatsah dikalangan para
pelakunya adalah memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya
(keburukan) kepada Allah dengan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk
memuliakan keduanya..
Ide dasar dari istighatsah ini
adalah sebagai berikut, Allah SWT telah menetapkan bahwa biasanya urusan-urusan
di dunia ini terjadi berdasarkan hukum kausalitas, sebab akibat. Sebagai
contoh, Allah SWT sesungguhnya Maha Kuasa untuk memberikan pahala kepada
manusia tanpa beramal sekalipun, namun kenyataanya tidak demikian. Allah
memerintahkan manusia untuk beramal dan mencari hal-hal yang mendekatkan diri
kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
"Jadikanlah
sabar dan salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (Q.S Al-Baqarah : 45)
Ayat ini memerintahkan untuk mencari
segala cara yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Artinnya, carilah
sebab-sebab tersebut, kerjakanlah sebab-sebab itu, maka Allah akan mewujudkan
akibatnya. Allah SWT telah menjadika istighatsah dengan para nabi dan wali
sebagai salah satu sebab dipenuhinya permohonan hamba. Padahal Allah Maha Kuasa
untuk mewujudkan akibat tanpa sebab-sebab tersebut. Oleh karena itu,kita
diperkenankan ber-tawassul dengan para nabi dan wali dengan harapan agar
permohonan kita dikabulkan oleh Allah SWT.
C.
Macam-macam
Istighotsah
Istighotsah di bagi
menjadi tiga macam :
1. Yang di perintahkan :
yaitu istighostah kepada Allah ta'ala : adapun dalil yang menunnjukkan hal itu
adalah firman Allah : " katakanlah : terangkan kepadaku jika datang
siksaan Allah kepadamu, atau datang kepada kamu hari kiamat apakah
kamu menyeru sembahan lain selain Allah jika kamu orang-orang yang benar ! (
tidak ) hanya dialah yang kamu seru maka dia
menghilangkan bahaya yang karenanya kamu
meninggalkan sembahan-semabahanmu yang kamu sekutukan dengan Allah". ( Al An'am 40-41 ).
Dan firmannya
: "(ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan pada Allah
lalu di perkenankannya bagimu sesungguhnya aku
mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat
yang beturut-turut." ( Al Anfal 9 )
2. Istrighostah yang di
perbolehkan : yaitu istighostah (meminta bantuan) kepada seseorang yang mempunyai
sifat hayyun (hidup), hadir (ada di hadapan), qodir (mampu) Allah
berfirma : " maka orang yang dari golongan meminta petolongan kepada (
musa ) untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya." ( Al Qashash 15)
Ayat ini berkenaan dengan
orang berada di bani isroil yang beristighostah kepada
musa untuk mengalahkan musuhnya dari fir'aun. Maka
beristighostah kepada orang yang sudah meninggal, yang ghoib (jin dan lain
sebagainya atau manusia tiada di hadapannya ) ataupun orang yang tidak
mempunyai kamampuan, seperti menurunkan hujan dan lain-lain. Ini adalah syirik
besar. Do'a adalah ibadah sedangkan istighostah adalah lebih khusus daripada
do'a, dan memalingkan do'a kepada selain Allah seperti istighostah, dia
adalah musyrik. Orang musyrik tidak akan di ampuni
selama tidak bertaubat pada Allah ta'la dengan taubat nashuha.
3. Istighostah yang dilarang. Yaitu istighostah
kepada selain Allah yang tidak mempunyai sifat hayyun ( hidup ) hadir dan qadir
( mampu ).[3]
D.
Bacaan Istighosah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيم
Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
الفَاتِحَة
(Surat Al-Fatihah)
3x أسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ
Saya mohon ampun kepada
Allah Yang Maha Agung
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Tiada daya untuk menjauhi
maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan
ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah
3x أللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّد
Ya Allah. Limpahkanlah
rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya
40x لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِيْنَ
Tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang yang
telah berbuat dzalim
33x يَا
اَللهُ يَا قَدِيْمُ
Wahai Allah, wahai Dzat
yang ada tanpa permualaan
33x يَا
سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
Wahai Allah, wahai Dzat
Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat
33x يَا
مُبْدِعُ يَا خَالِقُ
Wahai Dzat yang
mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta
33x يَا
حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ اللهُ
Wahai Dzat yang
memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai
Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba,
ya Allah
33x يَا
خَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أسْتَغِيْثُ
Wahai Dzat Yang Hidup,
yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon
pertolongan-Mu
41x يَا لَطِيْفُ
Wahai Dzat yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang
33x أسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Aku mohon ampung kepada
Allah Yang Maha Agung, sungguh Allah Dzat
Yang Maha Pengampun
3x أللَّهُمَّ
صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِي أدْرِكْنِي يَا اَللهُ
Ya Allah,
limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh
telah habis daya dan upayaku maka tolonglah kami, Ya Allah.
41x يَا بَدِيْعُ
Wahai Dzat yang
menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya
33x حَسْبُنَا
اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Cukup bagi kami Allah,
dan Dia sebaik-baik penolong
3x اللهُ
أكْبَرُ يَا رَبَّنَا وَإلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, tuan kami,
Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas orang orang kafir.
حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ
الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أبَدًا وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِألْفِ ألْفِ ألْفِ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat yang maha hidup dan
terus menerus mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati selamanya, dan aku
tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan “La
haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim”
3x الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا
عَلَى دَيْنِ الإسْلَامِ
Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk kepada agama Islam.
3x سَألْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَبِالْقَهْرِ
يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلَا
Ya Allah, aku
memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha
pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat yang maha
mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan tipu muslihat dan
ingin mencelakai kami
الفَاتِحَة
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat.. terima kasih
DAFTAR
PUSTAKA
3. Dr. Sholeh, Moh, Agama Islam untuk Terapi,Surabaya: Pustaka Belajar, 2005.
4. Mustofa, Syaih Al-Gholayani, Jami’uddurus Arabiyah, Jakarta: Libanon, 1971.
5.
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku, Surabaya: Khalista, 2008
hlm. 33-35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar